30 Jul 2021
Anda tentu pernah mendengar kata "hedonisme" atau "hedon" disebut dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang dicap hedonisme seringkali diidentikkan dengan sikap konsumtif. Namun benarkah demikian?
Sebetulnya apa itu hedonisme? Benarkah hedonisme berarti sekadar hidup konsumtif? Berikut penjelasannya.
Baca juga: Apa itu Personal Branding dan Mengapa Anda Membutuhkannya
Apa itu hedonisme dapat kita turunkan dari asal kata itu sendiri. Kata "hedonisme" diserap dari bahasa Yunani "hedonismeos" yang berasal dari kata dasar "hedone". Kata tersebut memiliki arti kesenangan, kenikmatan, atau kepuasan.
Sementara itu hedonismeos merupakan perspektif yang beranggapan manusia dapat menjadi bahagia jika tujuan hidupnya mencari kesenangan sebanyak-banyaknya. Kesenangan itu dapat berbentuk berbagai macam, misalnya hiburan, harta benda, aktivitas seksual, dan lain-lain.
Kata "hedonisme" muncul sedari awal adanya filsafat, yakni sekitar 430 SM. Konsep ini muncul saat filsuf Socrates mempertanyakan tujuan hidup manusia eksis di dunia.
Pertanyaan itu kemudian memunculkan paham hedonisme. Pada era tersebut, hedonisme tidak dianggap sebagai sesuatu yang negatif, tetapi untuk mendefinisikan hakikat dari keberadaan manusia.
Seiring berjalannya waktu, muncul berbagai pemahaman berbeda dari filsuf-filsuf lain. Di antaranya Aristippus dan Epikuros.
Aristippus menganggap setiap kesenangan manusia sifatnya fisik. Demikian pula dengan kesengsaraan.
Sementara itu Epikuros memiliki pandangan "hedoniesmeos" berarti kebahagiaan seseorang diperoleh dari keseimbangan antara hal yang positif dengan hal yang negatif. Ia menilai sisi spiritual individu berada dalam pikirannya masing-masing.
Di masa modern, pemahaman tentang hedonisme berkembang. Secara garis besar sama, hedonisme adalah seseorang yang hidup untuk mencari kesenangan dan kenikmatan sebagai tujuan hidup, terutama bagi dirinya sendiri.
Jika dilihat dari sejarahnya, hedonisme bukanlah sesuatu yang benar-benar buruk. Mencari kesenangan bukan sesuatu yang salah dalam hidup.
Namun jika mengejar kesenangan dijadikan tujuan satu-satunya, seseorang bisa kehilangan empati terhadap orang lain karena terus berusaha memenuhi kepuasan pribadi. Dengan demikian, sikap hedonisme semacam ini bisa disebut lebih dari sekadar konsumtif.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan seseorang terjebak dalam gaya hidup hedonisme. Berikut penjelasannya.
Faktor internal pasti tertanam dalam diri kebanyakan manusia. Selalu ada rasa tidak puas diri dalam mencari kesenangan.
Hal ini bisa menjadi sesuatu yang positif jika disalurkan ke arah yang baik, misalnya memunculkan keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, pekerja keras, berpendidikan, serta lebih maju.
Namun jika rasa tidak puas diri hanya ditujukan untuk kesenangan pribadi, maka akan muncul sisi negatif hedonisme.
Keberadaan teknologi yang memudahkan orang memperoleh informasi juga dapat memacu sikap hedonisme. Dengan adanya internet, Anda dapat melihat gaya hidup, kebiasaan, pandangan, serta perilaku dari luar yang sebelumnya tidak pernah dikenal.
Misalnya melalui media sosial, pengguna dapat memperlihatkan eksistensinya di kehidupan sehari-hari. Pengguna juga dapat melihat apa yang dipamerkan pengguna lain seperti gaya hidup mewah, glamor, dan lain-lain.
Faktor eksternal lainnya yang memunculkan hedonisme antara lain:
a. Sering dimanjakan, diberi fasilitas, dan kemudahan. Akibatnya, seseorang selalu mendapatkan apa yang ia mau tanpa mengetahui neraca kebutuhan atau faktor lainnya.
b. Hadirnya influencer di media sosial menimbulkan keinginan untuk memiliki benda mewah yang belum tentu merupakan kebutuhan pokok. Banyak orang yang memaksakan diri menjalani hidup mewah meskipun harus berutang.
c. Bergaul dengan mereka yang memiliki standar hidup yang tidak dapat kita jangkau. Tidak masalah jika Anda dapat menjangkau gaya hidup mewah dengan penghasilan Anda. Namun jika Anda sampai berutang demi memenuhi gaya hidup, tentu tidak sepadan.
d. Akses keuangan dan utang lebih mudah, membuat orang lebih gampang memperoleh uang yang sebetulnya tidak dimiliki hingga akhirnya terlilit utang.
Baca juga: 10 Tips Adaptasi Kerja di Tempat Baru untuk Karyawan
Walaupun sudah dijabarkan segi positif hedonisme, seringkali yang muncul adalah dampak buruk hedonisme. Berikut penjelasannya.
Orang yang mengejar kesenangan pribadi sebagai hal utama cenderung individualis atau egois. Ia menganggap kesenangan pribadinya lebih penting.
Akibat lainnya adalah orang tersebut memang pemalas dan tidak menghargai hal-hal lain yang lebih penting dalam hidup.
Hedonisme memunculkan sikap konsumtif, yakni membeli barang yang tidak benar-benar dibutuhkan. Pembelian itu hanya untuk kesenangan pribadi, karena gemar berbelanja.
Dampaknya, secara keuangan mereka menjadi lebih boros. Mereka mengeluarkan banyak uang agar merasa terpuaskan.
Orang yang berperilaku hedonisme hanya memikirkan bagaimana mengejar kesenangannya, sehingga kurang bertanggung jawab, bahkan kepada diri sendiri.
Setelah mengetahui apa itu hedonisme serta dampak buruk perilaku hedonisme berlebihan, ada baiknya menghindari sikap tersebut.
Utamakanlah mana yang penting dalam hidup. Keinginan mungkin tidak ada habis-habisnya, tetapi yang lebih penting adalah memenuhi kebutuhan hidup. Maka dari itu, penting untuk mampu memilah mana yang masuk skala prioritas dan mana yang tidak.
Pergaulan dapat memicu hedonisme. Pasalnya bergaul di antara mereka yang gaya hidupnya tidak terjangkau akan memacu kita untuk mengikuti perilaku tersebut. Maka dari itu, pilihlah pergaulan yang gaya hidupnya setara dengan kita.
Hiduplah dengan sederhana untuk menghindari hedonisme berlebihan. Hal ini dapat menjauhkan dari keinginan untuk selalu ingin mencari kemewahan hidup.
Selanjutnya, pupuk rasa syukur atas segala kecukupan yang dimiliki saat ini. Dengan demikian, akan semakin kecil keinginan untuk hidup dengan hedonisme berlebihan.
Walaupun begitu, bukan berarti hidup menjadi tanpa cita-cita untuk menjadi pribadi yang lebih baik secara keuangan, karakter, maupun standar hidup. Tetap fokus pada apa yang ingin diraih dalam hidup dan wujudkan cita-cita Anda.
Baca juga: 5 Tips Menjaga Kesehatan Mental Saat Pandemi
Sudah tahu kan apa itu hedonisme? Anda dapat membatasi pengeluaran dengan cara memanfaatkan uang untuk hal-hal yang lebih baik. Misalnya membantu mengembangkan bisnis berskala UMKM di Indonesia. Caranya adalah dengan mendaftarkan diri menjadi pendana di P2P lending Modal Rakyat.
Layanan ini sudah berizin OJK, sehingga dijamin keamanannya. Imbal hasil yang ditawarkan mencapai 18 persen per tahun.
Selanjutnya, Anda dapat mendanai mulai dari Rp25.000 saja. Pendanaan akan diberikan kepada UMKM yang sudah diseleksi ketat.
Likuiditas yang ditawarkan juga tinggi. Anda dapat memilih durasi pendanaan, minimal mulai dari satu bulan saja.