13 Oct 2020
Deposito dan reksadana adalah dua dari sekian banyak produk keuangan yang bisa menjadi solusi untuk berinvestasi. Keduanya kerap dijadikan pilihan terutama bagi para investor pemula. Hal ini karena keduanya memiliki tingkat risiko yang cukup rendah dibanding instrumen investasi lain. Namun tetap memberikan pengembalian yang menguntungkan.
Reksadana adalah sebuah wadah di mana sekumpulan dana dari investor melalui unit penyertaan reksadana dan dikelola secara profesional oleh Manajer Investasi. Unit penyertaan tersebut kemudian digunakan untuk membeli instrumen investasi di pasar modal seperti saham, obligasi, valuta asing, dan instrumen keuangan yang lain.
Sementara deposito adalah produk simpanan atau tabungan berjangka yang dikelola oleh bank dengan memberikan suku bunga tertentu. Lain halnya dengan tabungan biasa, simpanan ini tidak bisa diambil sewaktu-waktu melainkan harus menyesuaikan tenor yang disepakati. Agar Anda tak salah pilih antara kedua instrumen keuangan tersebut, pahami hal-hal berikut ini.
Baca juga: 5 Tanda Anda Memiliki Masalah dalam Pengeluaran
Saat memutuskan untuk berinvestasi, tentunya seorang investor akan memperhitungkan apa saja keuntungan yang akan didapatkan. Salah satu pertimbangan penting adalah jumlah keuntungan finansial atau imbal hasil yang nantinya akan diterima. Begitu pula saat Anda hendak memilih antara investasi dengan menggunakan reksadana atau tabungan berjangka.
Menyimpan dana di rekening deposito akan memberikan pendapatan atau keuntungan tetap (fixed). Ini berarti Anda akan memperoleh untung secara tetap sesuai suku bunga yang diberikan oleh bank. Jadi, Anda akan menerima sejumlah pengembalian (return) menyesuaikan tingkat suku bunga dan jumlah setoran di rekening simpanan tersebut.
Sedangkan di reksadana tidak ada jaminan pendapatan atau keuntungan yang tetap. Kinerja reksadana dipengaruhi oleh kondisi perekonomian. Jadi, apabila terdapat gejolak ekonomi yang fluktuatif dapat mempengaruhi imbal hasil reksadana. Meski begitu, return yang ditawarkan reksadana lebih tinggi dibanding deposito. Namun Anda harus berhati-hati jika memilih investasi reksadana.
Dalam aktivitas penanaman modal, terdapat suatu istilah yang dikenal dengan diversifikasi investasi. Diversifikasi artinya Anda menempatkan dana di beberapa tempat. Hal ini bisa ditemukan saat Anda memutuskan untuk menempatkan uang di unit penyertaan reksadana. Misalnya hendak memilih reksadana saham, Manajer Investasi akan membeli beberapa saham yang berbeda.
Dengan begitu, dana investor lebih aman karena tidak hanya mengandalkan satu saham saja. Jika salah satu mengalami penurunan harga, bisa tercover oleh saham lainnya. Namun hal ini tidak terjadi pada deposito. Simpanan ini tidak memungkinkan deposan untuk menempatkan dana di beberapa tempat.
Setoran Anda hanya akan dikelola oleh satu bank saja. Sehingga apabila terjadi suatu hal yang mengganggu kondisi kesehatan bank tersebut, pencairan dana akan mengalami kesulitan. Akan tetapi, simpanan berjangka adalah instrumen keuangan yang risikonya terbilang kecil karena terdapat penjaminan dari LPS. Jadi, uang Anda tetap aman.
Deposito adalah produk simpanan berjangka yang diterbitkan oleh bank. Sehingga, apabila Anda memilih untuk berinvestasi dengan instrumen keuangan ini maka dana yang disetorkan sepenuhnya akan dikelola oleh pihak bank. Selanjutnya bank akan mempergunakan dana tersebut untuk memberikan pinjaman atau kredit bagi nasabah yang memerlukan.
Sementara itu, cara kerja reksadana dikelola oleh pihak yang disebut dengan nama Manajer Investasi. Manajer Investasi bekerja secara profesional dalam mengelola seluruh dana yang terkumpul. Dana tersebut akan digunakan untuk membeli sejumlah barang instrumen investasi seperti jenis saham, obligasi, serta pasar uang. Inilah yang menjadi sebab mengapa reksadana memberikan pengembalian lebih besar.
Dalam berinvestasi, hal yang paling penting tentunya adalah ketersediaan dana. Sama halnya ketika Anda dihadapkan pada pilihan apakah hendak menginvestasikan dana di deposito atau reksadana. Jumlah setoran awal untuk simpanan berjangka biasanya ditentukan oleh bank penerbit produk tersebut. Anda harus menyetorkan uang dengan nominal tertentu.
Ada bank yang memberikan kebijakan boleh menyetor Rp1 juta. Ada pula yang minimal setorannya Rp5 juta. Perlu Anda ingat bahwa semakin besar jumlah dana yang Anda setorkan, maka semakin besar pula perolehan keuntungannya. Jadi, usahakan agar uang berjumlah dipersiapkan cukup besar agar bunga yang diterima juga tinggi.
Jika deposito membutuhkan setoran hingga jutaan, maka lain halnya dengan reksadana. Unit penyertaan reksadana bisa Anda beli mulai harga Rp100.000 saja. Bahkan beberapa fintech memungkinkan investasi mulai Rp25.000. Nominal tersebut terbilang sangat ringan sehingga bisa dilakukan oleh orang berpenghasilan pas-pasan sekalipun.
Reksadana adalah instrumen investasi yang terbilang likuid, artinya mudah dicairkan kapan saja. Tidak ada jangka waktu khusus yang ditetapkan ketika Anda memilih reksadana. Meskipun bisa diambil kapan saja, sebaiknya Anda tetap memperhatikan kondisi pasar saat itu. Untuk pengembalian besar, sebaiknya pilihlah reksadana jangka panjang lebih dari 5 tahun.
Sementara deposito tidak bisa dicairkan sewaktu-waktu. Ada jangka waktu tertentu yang harus dipenuhi jika ingin melakukan penarikan. Umumnya, bank menawarkan tenor dalam hitungan bulan hingga tahunan. Sebelum tiba periodenya, Anda tak bisa mengambil pendapatan. Pencairan dapat dilakukan diluar tenor tetapi dikenakan biaya penalti.
Investasi deposito dinilai memiliki risiko yang sangat kecil. Hal ini karena uang Anda dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Sehingga Anda tak perlu khawatir jika bank penerbit mengalami kondisi tidak sehat. Suku bunga yang ditawarkan relatif lebih kecil daripada reksadana, yakni ada di kisaran 3-6% per tahun.
Sedangkan sebuah risiko dari sebuah reksadana memiliki suatu profil jenis risiko yang lebih tinggi jumlahnya. Jenis reksadana yang terbilang paling aman adalah pasar uang karena tidak terlalu fluktuatif. Namun jika ingin pengembalian besar, rekomendasinya adalah reksadana saham. Imbal hasil pada instrumen ini lebih tinggi dibanding deposito, yaitu 7-17% tergantung jenisnya.
Setiap investor pasti menginginkan hasil keuntungan tinggi saat menanamkan dana yang dimiliki. Banyaknya instrumen investasi seringkali membuat Anda kebingungan dalam memilihnya. Dengan pertimbangan di atas, Anda bisa menentukan apakah akan memilih investasi deposito atau reksadana.
Baca juga: Hadapi Resesi, Ini 7 Cara Mendapatkan Uang dari Internet!