19 Jun 2020
Salah satu tren yang tengah dijalankan oleh milenial adalah gaya hidup minimalis. Jadi, lifestyle yang satu ini diterapkan dalam berbagai sektor, termasuk soal manajemen keuangan. Sebisa mungkin, pengeluaran ditekan – terlebih untuk hal-hal yang bersifat sekunder. Tidak dapat dimungkiri bahwa konsep semacam ini memberikan banyak manfaat.
Baca juga: Detoks Sosial Media Membantu Kesehatan Finansial?
Apa saja hal positif yang bisa dihasilkan jika kamu menerapkan konsep minimalis dalam kehidupan sehari-hari oleh milenial?
Jelas bahwa gaya hidup minimalis bukan sekadar soal tren tetapi memang memberikan banyak manfaat ketika diterapkan. Namun, apakah mudah menjalankan konsep hidup hemat seperti itu di zaman seperti ini yang mana borjuisme ditunjukkan secara terang-terangan? Tentu saja bisa, karena pada dasarnya hal tersebut bergantung pada niat individu terkait menjalaninya.
Di sisi lain, banyak fakta di lapangan yang menunjukkan masih kurangnya pengetahuan masyarakat – khususnya milenial – terkait praktik gaya hidup yang satu ini. Mayoritas menganggap bahwa berhemat semaksimal mungkin merupakan metode yang tepat. Hal tersebut justru memicu terjadinya kesalahan penerapan yang berujung pada pemborosan.
Kesalahan-kesalahan umum dari konsep berhemat yang sering terjadi meliputi :
Jual beli barang preloved atau bekas pakai dalam kondisi layak menjadi hal yang lumrah – bahkan semakin digemari saat ini. Khususnya untuk produk bermerek terkenal yang dijual 30 – 50% dari harga baru. Namun, transaksi ini bisa merugikan karena tidak jarang kualitas produk sudah menurun 60 – 70% sehingga mudah rusak.
Bukan rahasia lagi kalau banyak produk dengan harga lebih miring di berbagai platform e-Commerce daripada saat dijual di gerai fisik. Sekilas, ini tampak mendukung gaya hidup minimalis milenial karena murah dan praktis. Padahal di baliknya membuat kecanduan, kualitas barang tidak tentu, terkena ongkos kirim dan banyak lagi yang menambah pengeluaran.
Melakukan aktivitas DIY disebut mampu menekan pengeluaran hampir 30 – 50% dari menggunakan barang-barang siap pakai. Tapi, ketika kamu tidak benar-benar memahami caranya, justru kamu menghabiskan banyak dana untuk kegiatan tersebut. Apalagi kalau DIY yang kamu kerjakan tidak bertujuan untuk kebutuhan komersil yang berprofit.
Apakah kamu salah satu di antara milenial yang memilih transaksi pembayaran non tunai alias cashless? Biasanya, alasan yang dikemukakan adalah pengeluaran dengan uang tunai lebih besar. Padahal, transaksi non tunai berpotensi menguras uangmu lebih banyak karena tidak langsung terasa dampaknya. Konsep penghematan yang satu ini jelas kurang tepat.
Guna menghindari kesalahan-kesalahan yang berujung pemborosan seperti di atas, terapkan cara hidup hemat yang tepat. Bagaimana sebenarnya melakukan penghematan yang sesuai tanpa menjadi pelit dan tidak memicu pemborosan di belakang?
Supaya pengeluaran dapat terkontrol dengan baik, kamu wajib memiliki pembukuan. Tidak perlu buku besar yang ribet, cukup manfaatkan saja gawai yang dimiliki. Buat catatan pemasukan dan alokasi pengeluaran. Dengan begitu, kamu bisa memilah dengan pasti mana pengeluaran yang bersifat penting dan tidak sehingga konsep gaya hidup minimalis terpenuhi secara tepat.
Ketika membeli sesuatu, jangan pikirkan soal harga. Dahulukan kualitas produk karena sesuatu yang bagus tidak akan mudah rusak sehingga kamu tidak perlu bolak-balik membeli. Selain itu, utamakan prioritas kebutuhan dan kalkulasi pembelian – terutama untuk aktivitas DIY. Jika pengeluarannya lebih besar, lebih baik dihindari saja.
Dari pemasukan yang kamu dapatkan setiap bulan, pastikan langsung menyisihkan dana untuk dialokasikan pada sektor investasi. Jadikan hal tersebut sebagai rutinitas – bahkan kewajiban, bukan sesuatu yang hanya dilakukan ketika ingin. Ketika kamu menjadikannya keharusan, maka tidak akan menjadi berat untuk mengatur alokasinya dan memudahkanmu berhemat.
Bicara soal investasi, tidak sedikit generasi milenial yang bingung dengan objek yang sebaiknya dipilih. Terlebih memilih investasi yang tidak bertentangan dengan gaya hidup minimalis yang mereka terapkan. Properti membutuhkan dana yang terlalu besar, saham berisiko, sedangkan trading forex tidak kalah riskan. Lantas, objek apa yang tepat untuk dipilih?
Jawabannya sederhana dan mungkin bukan sesuatu yang asing bagi kalangan milenial itu sendiri. Investasi emas dapat menjadi opsi terbaik yang menguntungkan, tidak membutuhkan modal besar, serta bisa dijalankan secara rutin setiap bulan. Konsep investasi logam mulia yang unik ini dikenal dengan istilah ‘menabung emas’. Terdengar unik dan fresh, bukan?
Sebagaimana menabung pada umumnya, kamu menyetorkan uang pada vendor terkait. Namun, alih-alih mendapatkan buku rekening dengan saldo berupa mata uang, catatan yang tersedia adalah berat emas yang kamu miliki dari setiap kali setoran. Kamu bebas menambahkan jumlah tabunganmu, menariknya, atau bahkan langsung menjualnya sesuai keinginan.
Konsep ini ditawarkan oleh IndoGold yang telah malang melintang dalam industri investasi emas selama lebih dari dua dekade. Terdaftar sebagai anggota Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kamu tidak perlu khawatir akan legalitas dan keamanan transaksinya. Semua diproses melalui jalur daring dengan emas antam sebagai komoditi utama.
Sesuai dengan gaya hidup minimalis yang kamu terapkan, setoran untuk investasi menabung emas bisa dimulai dengan dana Rp10.000,- saja dan ditambahkan secara rutin. Berhemat secara tepat sambil menghasilkan profit melalui investasi di IndoGold akan membuatmu dapat lebih mudah mempersiapkan hari tua.
Baca juga: 4 Alasan Angkatan 2020 adalah Angkatan yang Hebat