05 Aug 2021
Harga perolehan adalah biaya yang berkaitan dengan aktiva atau aset perusahaan. Seperti yang Anda ketahui, aset adalah salah satu komponen penting pada perusahaan yang menandakan kepemilikan harta yang dimiliki perusahaan untuk menunjang kegiatan bisnisnya. Salah satu harta itu adalah aktiva tetap.
Nah, untuk menyediakan aktiva tetap diperlukan harga perolehan aktiva. Tidak hanya besaran aktiva tetap, harga perolehan adalah komponen yang perlu dihitung. Supaya Anda tidak bingung, di sini akan dijelaskan lebih banyak mengenai harga perolehan adalah dan cara menghitungnya yang bisa digunakan oleh perusahaan.
Baca juga: Aktiva adalah: Pengertian, Jenis-jenis, dan Contohnya
Sebelum kita membahas harga perolehan, Anda perlu tahu dulu mengenai aktiva tetap atau aset tetap. Aktiva tetap merupakan aset perusahaan yang biasanya akan dimanfaatkan cukup lama atau lebih dari setahun.
Sifat dari aset ini adalah siap digunakan, tidak akan langsung dijual dalam kurun waktu yang ditentukan perusahaan, dan keberadaannya mampu menunjang proses bisnis perusahaan secara keseluruhan.
Aktiva tetap ada yang bentuknya tetap dan ada yang fungsinya bisa menurun seiring berjalannya hari. Untuk itu perlu dilakukan pembaruan bagi harta tertentu.
Sebagai pengingat untuk Anda, contoh aktiva tetap adalah lahan atau tanah, mesin pabrik, gedung milik perusahaan, dan lain sebagainya.
Supaya aset ini bisa dimiliki perusahaan, perusahaan membutuhkan biaya untuk mencapai hal itu. Biaya itulah yang kita sebut sebagai harga perolehan aset.
Pengertian harga perolehan adalah semua uang yang dipakai perusahaan untuk mempunyai aktiva tetap. Kita dapat mengenalnya dengan sebutan acquisition cost.
Harga perolehan adalah perhitungan yang tidak boleh diabaikan oleh perusahaan. Harus tersedia di laporan keuangan, dengan begitu perusahaan akan lebih tahu mengenai nilai menyeluruh dari aktiva tetapnya. Hal itu nantinya bisa menjadi penilaian juga untuk perusahaan.
Untuk lebih jelasnya, ada beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai harga perolehan.
Menurut pakar bernama Wit dan Erhans, harga perolehan adalah biaya keseluruhan yang ditambah dengan harga beli suatu aset. Harga tersebut harus dipersiapkan perusahaan untuk memiliki aset dan merawatnya agar bisa dioperasikan sesuai dengan fungsinya.
Menurut pakar bernama Haryono Jusup, harga perolehan adalah keseluruhan biaya yang dikorbankan oleh perusahaan untuk menyiapkan aktiva tetap yang siap untuk dipakai. Kemudian aktiva tetap itu diolah dengan baik, sehingga menghasilkan kembali pendapatan yang akan diterima oleh perusahaan.
Harga perolehan ini cara menghitungnya bermacam-macam, tergantung dari cara membeli aktiva tetap. Di sini akan dibahas cara menghitung harga perolehan yang disesuaikan dengan aktiva tetap.
Ada perusahaan yang membeli aktiva tetap secara mencicil. Ada juga yang melakukan pembelian tunai. Hal ini sah-sah saja dilakukan selama perusahaan mampu melakukannya.
Biasanya perhitungan ini digunakan untuk aktiva tetap yang sudah akan digunakan langsung untuk operasional penyediaan barang dan jasa. Untuk itulah perusahaan tidak ragu membelinya dengan tunai karena semakin cepat dibeli, proses operasional pun bisa langsung dilaksanakan.
Dari cara transaksi ini, akuntan pun perlu mencatat secara mendetail cara perhitungannya dengan melihat berbagai macam komponen. Semuanya perlu dihitung agar menghasilkan hitungan yang tepat.
Umumnya, perhitungan yang digunakan pada harga perolehan adalah dengan mencari harga pembelian bersih yang dikurangi potongan tunai dan ditambahkan bersama berbagai macam pengeluaran.
Untuk lebih jelasnya, contoh perhitungan tunai harga perolehan adalah:
PT. Lingga Jaya membeli mesin untuk operasional dengan harga Rp55.000.000. Selain itu, harus menyiapkan biaya pemasangan atau instalasi mesin tersebut sebesar Rp3.000.000. Ditambah lagi dengan asuransi yang harus disertakan untuk penyediaan mesin itu sebesar Rp500.000.
Perhitungan harga perolehan adalah:
Harga mesin + biaya instalasi + asuransi
55.000.000 + 3.000.000 + 500.000
Rp58.500.000
Nanti yang akan dicatat di jurnal adalah Mesin Pabrik (Debit) 58.500.000 – Kas (Kredit) 58.500.000.
Tadi sudah dijelaskan bahwa untuk pengadaan aktiva tetap, perusahaan bisa memilih transaksi tunai atau kredit. Transaksi kredit biasanya dipilih perusahaan karena kebutuhan aktiva yang mendesak, tapi perusahaan tidak mampu membelinya karena harganya yang besar. Atau alasannya karena perusahaan harus membagi dana untuk keperluan lain.
Sebenarnya hal itu sama sekali tidak masalah. Cukup wajar apabila perusahaan memilih menggunakan transaksi kredit untuk kebaikannya sendiri.
Sekarang kita akan membahas cara menghitung harga perolehan yang didapatkan dari transaksi kredit. Cara hitungnya tentu akan berbeda dengan cara hitung harga perolehan untuk transaksi tunai.
Yang membedakannya di sini adalah transaksi kredit terdapat bunga yang harus dibayarkan perusahaan, sementara transaksi tunai tidak perlu mempersiapkan hal itu.
Ada bunga eksplisit dan implisit yang perlu dibayar oleh perusahaan. Bunga eksplisit adalah bunga yang besarannya sudah diketahui dengan jelas oleh perusahaan. Sedangkan, bunga implisit ialah bunga yang besarannya tidak ketahui secara jelas oleh perusahaan.
Dalam perhitungan harga perolehan, bunga tidak perlu dimasukkan ke perhitungan karena dianggap sebagai nilai pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Ada juga wesel bunga yang bisa digunakan untuk pengadaan aktiva tetap. Penggunaan wesel bunga biasanya dipakai untuk pembelian aktiva atau aset dalam jumlah yang banyak.
Perusahaan akan membayar aset itu setengah dari harganya di awal atau bisa kita sebut dengan biaya di muka. Sisa pembayaran harga perolehan adalah nanti, dilakukan sesuai dengan ketetapan yang terdapat di wesel bunga.
Cara pembayaran ini bisa menguntungkan perusahaan yang membutuhkan aktiva tetap secara cepat dan bisa membayar tanpa harus kredit. Namun, dana yang disiapkan juga harus cukup.
Seperti ini cara menghitungnya:
Perusahaan A membeli alat berat untuk pabrik sebesar Rp90.000.000 dengan tunai. Uang pendahulu yang diberikan perusahaan adalah Rp45.000.000.
Perusahaan sepakat akan membayar sisanya dengan wesel bunga sebesar 10% yang jangka waktu bayarnya hingga satu tahun.
Perhitungan harga perolehan adalah:
Alat berat pabrik (debit) 90.000.000 – Kas (Kredit) 45.000.000 – Wesel (Kredit) 45.000.000
Perusahaan perlu menghitung harga perolehan tersisa yang dibebankan dengan bunga. Perhitungannya adalah begini:
Bunga Wesel = 45.000.000 x 10%
Bunga Wesel = Rp4.500.000
Lalu, pencatatan yang akan ditulis di jurnal penyesuaian adalah:
Utang Wesel (Debit) 45.000.000 – Bunga (Debit) 4.500.000 – Kas (Kredit) 49.500.000
Jadi, sisa harga perolehan yang perlu dikeluarkan perusahaan adalah Rp49.500.000.
Untuk aktiva tetap tertentu, perusahaan akan selalu menyediakan biaya itu secara rutin atau di waktu yang memang diperlukan. Biaya tersebut dikeluarkan tanpa menghadirkan transaksi yang melibatkan pihak lain.
Hal ini sangat lumrah terjadi. Perusahaan tetap mengeluarkan biaya karena hal itu termasuk hal yang wajib dilakukannya untuk menunjang bisnis. Walaupun tidak terjadi transaksi, tetap dilakukan pencatatan yang rapi. Semua dana yang digunakan perusahaan memang harus dilaporkan secara transparan.
Jenis aktiva tetap yang masuk ke perhitungan ini adalah biaya overhead, upah untuk tenaga kerja yang bekerja di perusahaan, biaya untuk menyediakan bahan baku, dan sebagainya. Biaya yang sering berubah jumlahnya adalah biaya overhead. Di sini pencatatan biaya harus dilakukan sejelas mungkin supaya harga totalnya pun jelas.
Biaya-biaya ini bisa diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya. Akuntan biasanya sudah paham untuk membagikan biaya-biaya itu sesuai dengan kategorinya. Namun, pemilik usaha juga jangan sampai kebingungan mengingat nama biaya tersebut yang bermacam-macam.
Perusahaan bisa mendapatkan dana segar dari saham yang ditawarkannya kepada publik. Untuk bisa menjual saham kepada publik, perusahaan harus melantai dulu di Bursa Efek Indonesia. Banyak perusahaan yang sangat ingin memiliki kesempatan menawarkan surat berharga ini karena potensi dana masuknya yang juga besar.
Perolehan dana itu juga tidak akan dikenai bunga seperti melakukan pinjaman di bank. Perusahaan pun bisa langsung menggunakan dana sesuai dengan rencananya. Namun, perusahaan tetap harus bertanggung jawab untuk melakukan pengembalian berupa pembagian dividen pada mereka yang membeli saham.
Dana yang sudah diperoleh tersebut akan digunakan untuk berbagai keperluan perusahaan, salah satunya adalah pengadaan aktiva tetap.
Setelah transaksi dilakukan, akuntan perlu mencatatnya sebagai transaksi harga perolehan khusus dari penjualan saham. Ini juga akan menjadi laporan untuk pemegang saham, dana yang disalurkan itu digunakan untuk apa saja oleh perusahaan.
Untuk lebih jelasnya,Anda bisa memperhatikan contoh berikut:
Perusahaan Sakti Kurnia menerbitkan saham sebanyak 2.000 lembar saham dengan nilai yang tampak adalah Rp10.000 per lembar. Dana yang didapat itu akan dipakai untuk membeli sebidang tanah dengan menggunakan harga saham Rp4.000 per lembar.
Perhitungan harga perolehan adalah:
Nominal saham = 2.000 x 10.000
Nominal saham = 20.000.000
Jangan lupa menghitung harga untuk tanahnya:
Harga pasar = 2.000 x 4.000
Harga pasar = 8.000.000
Hitung juga selisihnya:
Nilai Disagio Saham (selisih) = 20.000.000 – 8.000.000
Nilai Disagio Saham (selisih) = Rp12.000.000
Maka, pencatatan pada jurnal:
Tanah (Debit) 8.000.000 – Disagio Saham (Debit) 12.000.000 – Saham Biasa (Kredit) 20.000.000
Baca juga: Apa itu Aktiva Lancar? Pengertian, Jenis, dan Manfaatnya
Seperti itulah penjelasan mengenai harga perolehan. Sekarang Anda jadi tahu bahwa harga perolehan adalah komponen yang perlu dihitung secara mendetail di jurnal. Dengan begitu, Anda bisa langsung memanfaatkan aktiva tetap secara menyeluruh dan menentukan target yang mau diraih dari pengadaan aktiva itu.
Perusahaan tentu harus bisa memanfaatkan aktiva secara tepat supaya menghasilkan imbal hasil yang diinginkan. Apalagi keberadaan aktiva ini biasanya akan berpengaruh secara langsung terhadap kinerja perusahaan.
Pelaku UMKM yang ingin meningkatkan kinerja bisnisnya, tapi terkendala modal, dapat mengajukan pinjaman di Modal Rakyat. P2P Lending Modal Rakyat akan mempertemukan Anda dengan pendana yang bersedia meminjamkan dana untuk Anda.
Tidak perlu mencemaskan besaran bunga karena bunga yang dibebankan pada Anda akan disesuaikan dengan risiko usaha. Proses pengajuan pinjaman termasuk mudah karena bisa dilakukan secara online, oleh karena itu prosesnya cenderung cepat. Modal Rakyat juga sudah memperoleh izin dari OJK, jadi aman dan terpercaya.
Anda bisa memulai pengajuan pinjaman dengan berkunjung ke tautan ini.