Modal Inspirasi

Kartini Masa Kini: Turning Problems into Opportunities

Kabrina Rian Ferdiani-

21 Apr 2021

Kartini Masa Kini: Turning Problems into Opportunities

Menjelang Hari Kartini, perempuan Indonesia diingatkan kembali tentang betapa kesempatan yang kita miliki saat ini adalah hasil perjuangan yang tidak mudah.

Jika dulu perempuan dikaitkan dengan pekerjaan domestik, saat ini kita memiliki lebih banyak kebebasan untuk memilih pendidikan dan juga karier yang diinginkan.

Salah satunya adalah dengan menjadi pengusaha perempuan atau womenpreneur. Berikut ini adalah cerita dari Kartini Masa Kini, Dian Kurniawati, salah satu Peminjam di Modal Rakyat.


Berawal dari Kecintaan pada Lingkungan

Memiliki hobi travelling dan hiking membuat Dian menjadi dekat dengan lingkungan. Hal itulah yang mendorong perempuan asal Magelang ini memiliki cita-cita untuk memiliki usaha pengolahan limbah plastik.

Meskipun tidak memiliki latar belakang organisasi atau keilmuan di bidang lingkungan, lulusan Teknik Industri Universitas Indonesia ini tetap serius membangun bisnisnya bersama seorang rekan perempuan bernama Dinda.


Turning Problems into Opportunities 

Bersama perusahaannya, Dian memiliki misi untuk mengubah sampah menjadi peluang. “Sampah sebenarnya bukan hanya masalah melainkan bahan baku atau raw materials hanya saja tempatnya saja yang tidak tepat,” ungkapnya kepada Tim Modal Rakyat.

Oleh karena itu, ia mengolah sampah, khususnya plastik, menjadi bahan baku yang akhirnya bisa digunakan oleh produsen untuk membuat produk lain. Dengan begitu, plastik tidak berakhir menumpuk di TPA atau menjadi polusi di laut.

Bisnisnya lebih fokus untuk mengolah sampah botol plastik menjadi serpihan, kemudian dijual. Serpihan plastik ini menjadi bahan baku untuk menggantikan biji plastik virgin.


Baca juga: Mengapa Self Love Sulit Dilakukan?


Tantangan Bisnis

Banyak risiko yang harus dihadapi Dian ketika memutuskan untuk resign dari pekerjaannya dan memulai bisnis sendiri. 

“Jika bekerja kita sudah pasti akan mendapatkan gaji setiap bulan. Namun ketika memiliki bisnis sendiri, kita tidak tahu ke depan akan seperti apa, tidak tahu apakah produk yang dihasilkan bisa dijual, dan apakah bisnis bisa terus berjalan.”

Hampir di setiap lini, Dian menghadapi tantangan. Belum lagi, ketika awal memulai usahanya ia harus mengerjakan semuanya sendiri mulai dari finance, human resources, hingga operation.

Keluarga pun juga sempat mempertanyakan keputusannya. Tidak heran, perempuan yang pernah berkesempatan mengenyam pendidikan singkat di Harvard University ini sudah memiliki karier yang bagus selama delapan tahun sebagai business consultant.

Namun seiring berjalannya waktu, Dian berhasil membuktikan bahwa usaha yang dibangunnya bukan sekadar bisnis tetapi juga bisa berdampak pada lingkungan dan juga sosial.


Kendala Mendapatkan Modal

Dalam memulai bisnis, Dian banyak berkorban dari segi finansial. Ia merelakan uang tabungan sebagai modal usaha.

Saat awal beroperasi, tentu saja keuangan perusahaan tidak berjalan dengan lancar. Dian bercerita bahwa ia justru lebih banyak rugi. Hal ini sempat membuat ia hampir menyerah.

Akan tetapi, ia berusaha untuk memperbarui business plan dan melakukan pitching untuk dalam upaya mendapatkan investor untuk mendanai bisnisnya. Namun, hal tersebut tidak semudah membalikan telapak tangan.

Ketika tahun 2014, banyak perusahaan startup di bidang teknologi bermunculan. Hal ini membuat rata-rata investor memandang sebelah mata ide bisnisnya. Banyak orang juga mempertanyakan apakah bisnisnya bisa menghasilkan. Selain itu awareness juga menjadi kendala karena banyak orang masih meragukan kualitas plastic flake hasil daur ulang.

Hal tersebut tidak membuat langkah Dian goyah. Ia menyadari bahwa ia perlu melakukan usaha lebih untuk meyakinkan investor mengenai ide bisnisnya.

Lantas, ia membuat strategic plan yang jelas. Ia meyakinkan mereka bahwa pasar untuk bisnis daur ulang memang ada terutama untuk ekspor. Dian juga bercerita bahwa mulai dengan skala yang kecil, bisnis pengolahan limbah bisa berjalan dengan baik.

Pada tahun 2019, bisnisnya sudah memiliki marketing yang lebih pasti dan Dian ingin meningkatkan kapasitas. Namun lagi-lagi, modal menjadi masalah lagi untuk melebarkan sayap bisnisnya.

Kali ini, usahanya selama ini tidak mengkhianati hasil. Ia mengenal Modal Rakyat yang bisa membantunya memeroleh Invoice Financing dengan proses yang cepat dan praktis.

Mengajukan Pinjaman di Modal Rakyat sangat membantu untuk meningkatkan modal kerja ketika meningkatkan kapasitas usahanya. Dari yang awalnya hanya ada sepuluh orang dalam timnya, Dian kini memimpin 120 orang.

Semakin besar kapasitas sampah plastik yang bisa diolah, semakin besar juga dampak positif untuk lingkungan. Ia berharap bisa mengurangi jumlah sampah plastik di TPA dan mengurangi polusi di laut. 

Bersama Modal Rakyat, ia ingin bisa berkembang untuk mengolah jenis sampah yang lain dan bisa memperluas lokasi operasi. Ia juga berharap agar Modal Rakyat bisa membantu lebih banyak UMKM lainnya di Indonesia.


Baca juga: Cara Kerja P2P Lending dan Manfaatnya untuk Masyarakat


Kartini Masa Kini Menurut Dian

Secara personal, Dian mengaku bahwa ia tidak mendapatkan diskriminasi karena gendernya. Di lingkungan sekitar, ia juga telah melihat banyak leader perempuan yang menginspirasi.

Hal tersebut membuat ia memaknai Hari Kartini sebagai pengingat bahwa kebebasan yang didapatkan kini berkat perjuangan Ibu Kartini dan teman perempuan lainnya di masa lalu.

Ia berpendapat bahwa dalam alam bawah sadar terkadang perempuan masih memiliki ketakutan untuk mengaktualisasikan diri. Ketakutan inilah yang perlu disadari oleh perempuan dan diubah. Sebab dengan takut untuk melakukan sesuatu justru perempuan sendirilah yang merendahkan atau mendiskriminasi diri sendiri.

Ia menyadari menjadi leader perempuan atau womenpreneur tidaklah mudah. Namun, ia berpesan bahwa sebagai perempuan kita tidak perlu takut dan harus mencoba.

Leader perempuan memiliki keunikannya sendiri karena memiliki naluri keibuan yang dibawa. Bisnis yang dipimpin oleh perempuan biasanya akan lebih memberikan efek sosial yang justru memiliki nilai jual dan ciri khas sendiri,” pungkasnya.

Artikel Terkait
image image
Artikel Baru