07 Sep 2021
Teori keunggulan komparatif adalah teori yang dicetuskan David Ricardo. Teori tersebut diterapkan dalam perdagangan internasional. Ricardo memang terkenal dengan teori yang membawa pembaharuan dalam dunia ekonomi.
Adam Smith adalah pencetus teori ekonomi klasik, sedangkan David Ricardo adalah pencetus teori ekonomi modern. Berikut penjelasan selengkapnya.
Baca juga: Market Size adalah: Definisi dan Penerapannya dalam Bisnis
Keunggulan komparatif yaitu kemampuan milik pribadi, perusahaan, badan, maupun negara untuk memproduksi barang atau jasa dengan ongkos produksi yang lebih rendah dibandingkan kompetitornya. Dengan begitu, harga jual barang atau jasa menjadi lebih rendah dan margin penjualan menjadi lebih kuat.
Pengeluaran ongkos produksi barang atau jasa yang lebih besar belum tentu akan membawa keuntungan yang lebih baik. Dengan kata lain, pengorbanan berupa pengeluaran modal yang lebih tidak menjamin akan menghasilkan keuntungan.
Beberapa asumsi dalam teori keunggulan komparatif yaitu:
1. Hanya ada dua jenis barang dari dua negara yang terlibat dalam proses produksi.
2. Biaya transportasi ditiadakan karena dapat menghilangkan efek biaya peluang dan berdampak ke harga jual.
3. Operasional pasar terjadi pada persaingan sempurna di kedua belah negara.
4. Hanya sumber daya manusia (SDM) yang diperhitungkan dalam faktor produksi.
5. Tenaga kerja disebut mobile di pasar domestik tetapi tidak mobile di antarnegara.
Teori keunggulan absolut terlebih dulu muncul dibandingkan teori keunggulan komparatif. Namun teori keunggulan absolut memiliki kelemahan yang membuatnya tidak dapat mengatas argumen terkait kondisi negara yang tidak memiliki keunggulan absolut sama sekali atas produk tertentu, tetapi mampu melakukan ekspor produk tersebut.
Teori keunggulan komparatif lalu menjadi pelengkap dan memperbaiki teori keunggulan absolut. Menurut teori keunggulan komparatif, efisiensi industri bisa menaikkan jumlah produksi walaupun tidak memiliki keunggulan absolut.
Teori ini berpengaruh besar terhadap negara-negara yang ingin menjalankan perdagangan internasional. Mereka disarankan melakukan spesialisasi dan ekspor produk dengan keunggulan komparatif. Sementara itu produk yang tidak mempunyai keunggulan komparatif sebaiknya diimpor saja supaya tidak berpengaruh ke inflasi.
Kemampuan negara memproduksi barang dengan keunggulan komparatif sangat penting agar mampu meraih keberhasilan ekspor. Keunggulan komparatif adalah kondisi di mana negara mempunyai keunggulan terhadap suatu produk dibandingkan negara kompetitor. Sementara itu dalam keadaan yang sama negara lain tidak terlalu unggul dalam menghasilkan barang tersebut.
Menurut teori keunggulan komparatif, sistem perdagangan masih bisa berjalan lancar dan menguntungkan kedua belah negara, meskipun hanya satu yang memiliki keunggulan komparatif. Contohnya, memiliki tenaga kerja negara tersebut lebih terampil dalam memproduksi barang.
Keunggulan komparatif jauh berbeda dengan keunggulan absolut. Keunggulan absolut merujuk kepada kemampuan memproduksi barang dalam kuantitas lebih besar dibandingkan kompetitor.
Sementara itu keunggulan komparatif merujuk pada kemampuan memproduksi barang dan jasa dengan pengeluaran lebih kecil, tetapi tidak harus pada kuantitas yang lebih besar atau kualitas yang lebih baik.
Baca juga: Pentingnya Riset Pasar dan Tips Bagaimana Melakukannya
Contoh praktik keunggulan komparatif yaitu antara Indonesia dan Malaysia yang sama-sama memanfaatkan tenaga kerja untuk input memproduksi garmen. Dengan asumsi upah tenaga kerja sama, jumlah produksi garmen dan sepatu yang dihasilkan masing-masing negara yaitu:
a. Indonesia: garmen 100, sepatu 120
b. Malaysia: garmen 90, sepatu 80
Dari data tersebut, dapat disimpulkan Indonesia mempunyai keunggulan absolut atas produksi garmen karena mampu menghasilkan lebih banyak daripada Malaysia. Per jamnya Indonesia dapat menghasilkan 100 unit garmen, sedangkan Malaysia hanya 90 unit. Sementara itu Indonesia dapat memproduksi 120 sepatu, sedangkan Malaysia hanya 80.
Berdasarkan teori keunggulan absolut, Indonesia dan Malaysia seharusnya tidak saling berdagang. Pasalnya Indonesia sudah memiliki keunggulan absolut atas kompetitornya.
Namun apabila menggunakan teori keunggulan komparatif, kedua negara ini dapat berdagang. Keduanya akan dianggap menguntungkan apabila fokus pada produk dengan biaya peluang paling kecil.
Biaya peluang dapat dihitung dengan terlebih dahulu mengkalkulasi harga relatif per unit garmen di masing-masing negara.
a. Indonesia: garmen 1,3, sepatu 1
b. Malaysia: garmen 0,8, sepatu 1
Asumsinya adalah harga tiap-tiap produk sebesar biaya peluang. Jika dilihat dari data di atas, harga garmen di Malaysia akan lebih murah daripada di Indonesia. Pasalnya harga relatifnya lebih rendah.
Lalu perhitungannya dibalik antara garmen dan sepatu.
a. Indonesia: garmen 1, sepatu 0,85
b. Malaysia: garmen 1, sepatu 1,3
Sama seperti sebelumnya, asumsinya adalah harga tiap-tiap produk sebesar biaya peluang. Jika dilihat dari data di atas, harga sepatu di Indonesia akan lebih murah daripada di Malaysia. Pasalnya harga relatifnya lebih rendah.
Berdasarkan teori keunggulan komparatif, perdagangan antara Indonesia dan Malaysia bisa jadi menguntungkan. Jika dikomparasikan, Indonesia lebih unggul dalam produksi sepatu, sementara Malaysia lebih unggul dalam produksi garmen.
Dengan begitu dapat disimpulkan, Indonesia dapat membeli garmen dari Malaysia. Sebaliknya, Malaysia bisa membeli sepatu dari Indonesia.
Ada beberapa kritik terhadap asumsi teori keunggulan komparatif model David Ricardo.
1. Proses produksi dan perdagangan belum tentu hanya melibatkan dua jenis barang dari dua negara. Asumsi ini terpatahkan karena pada kenyataannya ekspor dan impor melibatkan banyak barang dan negara sekaligus.
2. Perdagangan antarnegara tidak mungkin diasumsikan tanpa biaya transportasi. Biaya transportasi dapat berpengaruh ke harga jual, sehingga menghilangkan keunggulan yang sebelumnya hadir dari biaya peluang.
3. Ada lebih banyak faktor produksi yang terlibat daripada sekadar tenaga kerja. Misalnya modal, SDA, dan kewirausahaan turut diperhitungkan. Modal dalam bentuk mesin, misalnya, dapat membuat produksi lebih cepat dan dengan demikian lebih menguntungkan.
4. Tenaga kerja belum tentu selalu mobile. Mereka memerlukan waktu untuk mencari pekerjaan baru saat beralih ke industri lain. Selain itu, di era globalisasi tenaga kerja dapat berpindah ke negara lain dengan mudah untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Selanjutnya, jika suatu negara terspesialisasi, pekerjanya relatif lebih immobile. Saat suatu industri tutup, tenaga kerjanya akan berpindah ke sektor lain dengan mudah karena keterampilannya terbatas.
Anda kini bisa mendukung perekonomian Indonesia dengan menjadi pendana UMKM yang sudah terverifikasi. Caranya adalah dengan mendaftarkan diri sebagai pendana di P2P lending Modal Rakyat.
Layanan ini sudah berizin OJK, sehingga aset Anda dijamin keamanannya. Imbal hasil yang ditawarkan mencapai 18 persen per tahun.
Selanjutnya, minimal pendanaan yang bisa dilakukan rendah. Anda bisa mendanai mulai dari Rp25.000 saja.
Likuiditas yang ditawarkan juga tinggi. Anda bisa memilih durasi pendanaan, misalnya mulai dari satu bulan saja.