20 Mar 2020
Kamu tentu sudah tidak asing dengan kata ‘konsumtif’, bukan? Jadi, konsumtif merupakan kecenderungan perilaku seseorang menjadi pembeli atau penerima secara berlebihan.
Apakah kebiasaan tersebut merupakan sesuatu yang buruk? Jawabannya tentu saja kecondongan seseorang menjadi konsumtif bukan sesuatu yang dapat dikategorikan baik.
Baca juga: Ingin Menjadi Sukses? Berhentilah Berpikir Tentang Kegagalan
Apakah kamu adalah seseorang yang selalu ingin membeli sebuah produk baru dengan dalih penasaran? Perhatikan rutinitas pribadimu, apakah kamu lebih sering mengeluarkan uang dibandingkan menyimpan atau mengalokasikannya untuk investasi?
Bila kamu memiliki kecenderungan demikian, maka secara positif kamu merupakan sosok konsumtif.
Memangnya apa yang salah dengan menjadi konsumtif? Bukankah memang harus ada pembeli agar sistem kehidupan dapat berjalan dengan lancar!? Argumen tersebut merupakan sebuah opini yang betul, namun tidak lantas membenarkan perilaku konsumtif.
Sebab, tindakan tersebut mengacu pada pembelian sesuatu secara berlebihan bukan berdasarkan kebutuhan. Kebiasaan negatif tersebut membawa banyak dampak pada diri sendiri:
Kecanduan membeli sesuatu dapat membuat keuanganmu mengalami defisit. Hal ini dikarenakan kamu tidak dapat menghentikan keinginan untuk pengeluaran-pengeluaran yang tidak penting. Ketika tindakan tersebut tidak coba dihentikan, lambat laun uang yang kamu keluarkan lebih besar dibandingkan penghasilan yang dimiliki hingga ancaman kebangkrutan.
Perilaku konsumtif dapat membuat rasionalitasmu juga hilang. Kamu menjadi tidak lagi mampu membedakan mana yang benar-benar kamu butuhkan, sekadar suka, atau hanya karena ingin. Apabila ditegur tentang kebiasaan konsumtif, kamu akan marah dan menganggap orang lain iri dengan pencapaian yang kamu raih.
Apa lawan kata konsumtif? Produktif. Menjadi konsumtif kemungkinan besar akan membuatmu menjadi malas menjalani jadwal sehari-hari. Terutama menyangkut dengan rutinitas yang sudah biasa dilakukan. Kamu pasti lebih memilih duduk diam saja daripada mengerjakan tugas yang sudah menjadi kewajibanmu di tempat kerja.
Kenekatan untuk berutang kemudian akan muncul setelah kamu mengalami defisit keuangan padahal hasrat konsumtifmu tidak terbendung. Tentu saja, utang tersebut akan sulit terbayar dan terus menumpuk jika kamu tidak segera mengubah pola hidup. Lambat laun, harta benda yang sebelumnya kamu miliki -- tanpa disadari -- akan hilang menjadi jaminan utang.
Buruk bukan dampak-dampak dari pembiaran perilaku konsumtif tersebut? Jika kamu memiliki tendensi perilaku yang demikian, maka saat ini saatnya untuk mulai berubah. Tapi, mengubah kecenderungan konsumtif hanya bisa dilakukan bila pemicunya diketahui. Apa faktor penyebab tindakan yang bersifat impulsif itu muncul pada seseorang?
Pemicunya banyak. Namun, pada masyarakat modern saat ini, alasan terkuat yang menjadikan banyak orang berperilaku demikian adalah gengsi. Rasa tidak ingin tertinggal dari orang lain yang mendorong diri untuk memiliki segala sesuatu yang dirasa lebih baik. Faktanya, gengsi ini merupakan sebuah penyakit psikologis sosial yang buruk.
Contoh sederhananya:
Orang terdekatmu baru saja membeli ponsel bermerek keluaran terbaru dengan harga sekitar 10 juta. Kamu merasa ponselmu yang tergolong baru kalah dari produk tersebut. Harga dirimu menjadi terluka karena kamu lantas merasa ‘kasta’ atau levelmu lebih rendah dari individu tersebut. Akhirnya, kamu membeli produk dengan kelas di atasnya untuk menyaingi.
Pola tersebut akan berulang dan tidak hanya menyasar satu orang saja, tetapi setiap orang yang kamu kenal memiliki sesuatu yang baru, kamu akan berusaha melampauinya. Hal ini tidak hanya mengancam kesehatan keuanganmu, namun juga kehidupan sosialmu. Lantas, bagaimana cara yang efektif untuk menghentikan perilaku negatif tersebut?
Satu-satunya solusi untuk mengubah perilaku konsumtif adalah produktif. Pengertian dari produktif sendiri merupakan lawan kata dari kecenderungan mengonsumsi atau menerima, yaitu menghasilkan sesuatu. Sederhananya, daripada membelanjakan penghasilan yang kamu miliki hingga berutang, kamu justru mengelolanya agar menghasilkan keuntungan.
Ada beberapa opsi produktivitas yang bisa kamu pilih:
Kamu dapat mengalokasikan keuanganmu untuk membuka dan menjalankan sebuah usaha. Saat ini, banyak bisnis yang memiliki laba besar dalam waktu singkat. Namun, berwirausaha bukan suatu hal yang mudah karena bergantung pada banyak faktor, termasuk adanya peluang, strategi jitu, juga kepandaian memanfaatkan laba.
Cara untuk produktif yang relatif lebih aman adalah investasi. Tidak dapat dimungkiri memang bahwa keuntungan dari dana yang diinvestasikan memang tidak dapat dinikmati dalam waktu yang singkat. Butuh kesabaran jika kamu ingin merasakan manfaat dari modal yang telah kamu setorkan, tetapi persentase risikonya lebih rendah daripada berbisnis.
Kamu tidak perlu bingung memilih antara berbisnis atau investasi guna menghalau perilaku konsumtifmu. Sebab, kamu bisa memilih paket 2in1, yaitu bisnis merangkap investasi. Caranya adalah dengan menabung emas di IndoGold. Sebuah inovasi baru dari investasi emas konvensional yang diketahui membutuhkan dana besar untuk memulainya.
Sistem yang ditawarkan IndoGold untuk investasi sekaligus bisnis ini sangat simple. Pastikan kamu sudah mendaftar sebagai anggota dan melakukan verifikasi akun premium untuk menikmati benefit member secara menyeluruh. Setelah itu, kamu dapat memulai aktivitasmu menabung emas dengan membeli item sesuai dana yang dimiliki.
Misalkan kamu hanya mempunyai dana sepuluh ribu saja, maka otomatis tabungan kamu akan ditambahkan beratnya setelah harga tersebut dikonversikan menurut harga emas dunia. Pembelian dapat terus kamu lakukan dengan menyesuaikan modal yang kamu miliki. Itu dari sisi investasinya. Segi bisnisnya adalah kamu dapat menjual tabungan kamu pada sesama anggota.
Jadi, menabung emas di IndoGold merupakan sebuah langkah produktivitas yang efektif sebagai bisnis maupun investasi. Harga emasnya juga terus mengikuti perkembangan terbaru dengan tren yang terus naik sehingga menjamin keuntunganmu. Menggelutinya akan membuatmu lebih mudah dalam meraih impian-impianmu. Jadi, kapan lagi kamu akan bergabung?
Baca juga: Peluang Investasi P2P Lending di Tahun 2020