13 Aug 2020
Manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi. Perbedaan nilai, kepribadian, hingga gagasan terkadang menyebabkan perselisihan. Perselisihan yang dapat menguras emosi, memicu amarah serta sakit hati, bahkan terkadang dapat menimbulkan bentrok fisik.
Sakit hati dan kekecewaan yang berkepanjangan terhadap seseorang atau sesuatu, tanpa penyelesaian apapun, hanya akan mempengaruhi kebahagiaan kita. Salah satu cara untuk menghentikan perasaan negatif tersebut ialah dengan memaafkan.
Baca juga: Punya Gaji Besar Bukan Berarti Bisa YOLO, ini Alasannya
Memaafkan atau forgiveness selama ini dipersepsikan sebagai lambang kekalahan. Kita sering menganggap dengan tidak memberi maaf, kita bisa menyembuhkan rasa sakit kita dan menghukum orang yang menyakiti kita.
Padahal sebenarnya, justru hal itu akan membuat luka batin kita semakin sakit karena kita memvalidasinya terus-menerus.
Memaafkan adalah kondisi dimana kita berhenti menceritakan secara berulang pada diri sendiri mengenai apa yang terjadi, apa yang dilakukan orang lain, bagaimana kita terluka, dan hal-hal yang menimbulkan luka batin.
Kita mengikhlaskan apa yang telah terjadi dan tidak terpengaruh dengan masa lalu. Ada dua jenis memaafkan yang dilakukan manusia, yaitu memaafkan orang lain dan memaafkan diri sendiri.
Sering kali terlintas di benak kita pertanyaan: mengapa kita harus mengampuni seseorang padahal mereka telah menimbulkan kerugian untuk kita? Bahkan terkadang kita ingin agar orang yang menyakiti kita juga merasakan apa yang kita rasakan.
Memaafkan jadi lebih sulit ketika orang yang menyakiti kita tidak merasa bersalah, tidak meminta maaf dengan tulus, atau bahkan tidak melakukannya.
Meskipun begitu, dengan memberi maaf sebenarnya kita bisa memperoleh kedamaian untuk diri kita sendiri. Ini bukan tentang penerimaan atas apa yang telah mereka lakukan, namun penerimaan bahwa semua telah terjadi dan hidup tetap harus berlanjut.
Ada 4 langkah krusial yang membuat proses memaafkan menjadi lebih mudah. Pertama, kita harus menyadari emosi negatif yang kita rasakan, mencari tahu bagaimana kita menghadapi atau menghindari emosi tersebut.
Setelah itu, buatlah keputusan secara sadar untuk memaafkan karena cara yang kita lakukan selama ini dalam mengatasi rasa sakit itu tidak berhasil membuat kita bahagia.
Langkah ketiga, tumbuhkan rasa maaf itu terus menerus karena mungkin saja orang yang menyakiti kita sebenarnya tidak memiliki niat jahat dan memiliki kondisi sulit tertentu dalam hidupnya.
Langkah terakhir ialah menyadari dampak positif apa yang kita rasakan ketika kita sudah memaafkan orang lain. Jangan terlalu keras terhadap diri sendiri, maafkanlah dirimu.
Berbeda dengan memaafkan orang lain, memberi maaf untuk diri sendiri bisa jadi lebih sulit karena yang kita hadapi adalah kesalahan kita sendiri.
Kesalahan yang kita lakukan kadang mempengaruhi cara pandang kita terhadap diri kita sendiri. Kita jadi memandang diri kita sebagai orang yang sering berbuat salah, tidak pernah benar, tidak cukup baik, dan lainnya. Hal inilah yang menyebabkan kita sulit mengampuni diri sendiri.
Untuk bisa mengampuni diri sendiri, kita harus mengakui kesalahan yang telah kita buat. Selain itu kita harus bisa memahami mengapa kesalahan terjadi dan bagaimana cara memperbaiki diri agar hal tersebut tidak terjadi lagi. Dengan memaafkan diri sendiri, kita bisa introspeksi diri dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Memberi maaf bukan berarti lukamu akan sepenuhnya hilang, namun kita belajar untuk mengikhlaskan apa yang telah membuat kita terluka. Juga bukan berarti semua akan kembali menjadi normal, hubungan dengan orang yang menyakiti akan kembali dekat, atau melupakan semua kesalahan mereka.
Tindakan memaafkan seolah memberi tahu pada diri sendiri dan semua orang bahwa masa lalu yang terjadi tidak lagi berarti, tidak lagi relevan dengan masa sekarang, serta membuktikan bahwa kita masih bisa hidup dengan baik.
Kita tidak membenarkan perilaku salah yang orang lain lakukan, namun kita tidak lagi mempedulikannya demi kebahagiaan kita sendiri. Sifat besar hati dan mengampuni bukan simbol kelemahan. Justru sebaliknya, hanya orang kuat dan berjiwa besar yang mampu melakukannya.
Memaafkan akan menguntungkan orang yang menyakiti kita adalah pemikiran yang salah. Kitalah yang akan diuntungkan dari proses tersebut.
Dendam atau rasa sakit diibaratkan seperti luka yang ada di badan kita, dan memaafkan adalah obat untuk luka kita sendiri. Semakin kita menunda untuk mengobatinya, maka luka akan semakin parah dan hanya akan merugikan diri sendiri.
Baca juga: Mengatasi Kecemasan Berlebih di Tengah Pandemi Covid-19
Dengan memaafkan, kesehatan mental dan fisik kita akan terjaga karena pikiran kita menjadi lebih damai. Berikut adalah sebagian dari manfaat memaafkan:
***
Memaafkan adalah sebuah proses. Permasalahan yang dialami tiap orang bervariasi, sehingga proses yang terjadi pun berbeda. Kalaupun butuh waktu lama untuk memaafkan, tidak mengapa, setidaknya kamu sudah ingin memulai proses itu.
Itu lebih baik daripada buru-buru memaafkan dan berpura-pura sudah baik-baik saja, padahal dirimu belum bisa melakukannya. Mengakui rasa sakit atau emosi negatif yang kamu rasakan adalah hal pertama yang harus dilakukan.
Proses itu bisa sangat sulit untuk sebagian orang, apalagi jika kesalahan tersebut menimbulkan trauma. Kamu harus berupaya untuk menyembuhkan lukamu sendiri karena orang lain mungkin tidak mengerti atau tidak peduli.
Jika itu terlalu sulit untukmu, berkonsultasi dengan para ahli mungkin bisa menjadi solusi. Salah satunya ialah berkonsultasi via chat dengan psikolog profesional melalui Riliv.
“The truth is, unless you let go, unless you forgive yourself, unless you forgive the situation, unless you realize that the situation is over, you cannot move forward.”
― Steve Maraboli
Kutipan dari Steve Maraboli ini bisa menjadi alasan pamungkas mengapa kita harus memaafkan diri sendiri dan orang lain. Hanya dengan memaafkan, kita bisa melangkah maju menjalani kehidupan.
Disadur dari:
Artikel ini ditulis oleh Tazakka Putri Oktoji dari Riliv.