06 Aug 2020
Menjalani kehidupan di tanah rantau, apalagi jauh dari kampung halaman memang bukan sesuatu yang mudah. Terlebih jika kamu sudah bekerja, tentu harus pandai mengatur keuangan agar tidak kehabisan uang sebelum gajian. Masalahnya, kamu harus menopang seluruh kebutuhan seorang diri, mulai dari tempat tinggal, makanan, transportasi dan lainnya.
Sekilas, pengeluaran sebanyak itu terasa berat, terlebih tidak ada yang bisa diajak berbagi beban. Namun, bukan berarti situasi tersebut dapat menjadi pembenaran atas penghasilan yang berlalu tanpa jejak setiap bulannya. Banyak cara mudah yang bisa kamu coba terapkan sebagai milenial yang sadar dan pintar dalam mengelola keuangan.
Baca juga: Cari Uang Tambahan saat Pandemi Tidaklah Sulit, Yuk Mulai dengan 4 Hal ini
Tahu tidak sih kalau tempat tinggal menghabiskan sampai 50% dari penghasilan yang didapatkan oleh milenial yang bekerja di perantauan? Baik untuk mencicil rumah, membayar kos, maupun menyewa hunian, ketiga pilihan tersebut sama-sama menyita dana. Apalagi jika mengharapkan tempat berteduh berfasilitas lengkap.
Supaya gajimu di perantauan tidak habis dalam sekejap mata, pilih tempat tinggal yang tepat untukmu. Cukup 20 – 30% dari total penghasilanmu yang kamu sisihkan untuk mendapatkan hunian yang sesuai.
Sebagai anak rantau, otomatis kamu juga harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang asing. Namun, tahukah kamu kalau circle yang kamu pilih dan pertahankan selama merantau sangat memengaruhi kesuksesan finansialmu? Circle positif dapat membantumu semakin mapan sedangkan yang toxic membuatmu terus mengalami kemunduran.
Lingkungan yang negatif dapat membuat pengeluaranmu tidak terkendali, entah dengan mengajak pada gaya hidup hedonisme, mengarahkan spending money untuk hal-hal tidak bermanfaat dan semacamnya. Sementara circle yang sehat akan mendukungmu untuk mengembangkan sayap pada sektor-sektor yang profitable untuk peningkatan skala hidup.
Hidup di perantauan, kamu harus memahami benar mana hal-hal yang menjadi prioritasmu agar dapat mencapai kemapanan finansial. Jika perlu, buat daftar mulai dari hal yang bersifat urgent hingga sekadar berjaga-jaga saja. Contohnya, tempat tinggal, uang makan, transportasi, dan biaya komunikasi yang bersifat wajib terpenuhi.
Penyusunan skala prioritas ini akan sangat efektif dalam mendisiplinkan dirimu sendiri terkait pengeluaran. Kamu dapat menghindari sesuatu yang bersifat tidak penting seperti nongkrong di kedai kopi kekinian yang mahal atau belanja produk branded. Memenuhi kebutuhan sekunder seperti itu tidak masalah jika sesekali saja, namun tidak untuk menjadi rutinitas.
Tidak peduli setipis apa pun keuanganmu, jadikan pinjaman dana segar sebagai pilihan terakhir. Baik pada lembaga fisik apalagi terhadap vendor pinjaman online. Sebab, kamu memang mendapatkan pinjaman dalam waktu singkat, namun bunga yang harus kamu kembalikan juga tidak kecil. Pelunasan pinjaman ini yang jelas mengguncang kondisi finansialmu.
Selain pinjaman, layanan pembayaran nanti (paylater) juga bukan sesuatu yang disarankan untuk anak rantau. Sebab, kamu dikenakan biaya administrasi berikut bunga di mana menambah beban keuanganmu. Kemudahan di awal yang harus dibayar dengan cukup mahal untuk penggunaannya. Kamu yakin masih tertarik mencoba?
Tips terakhir untuk bisa mapan finansial selama hidup di perantauan adalah dengan berinvestasi secara rutin dan sebanyak mungkin. Jadi, bukan sekadar untuk coba-coba saja, namun memang bertujuan untuk menjadikan investasi sebagai opsi dana darurat dan menghasilkan pemasukan tambahan. Tidak ada ruginya kamu berinvestasi sejak muda.
Apa keuntungan menjadikan investasi sebagai sebuah keharusan padahal dari segi usia masih cukup muda, penghasilan cukup besar, juga tengah merantau yang membutuhkan biaya lebih tinggi?
Bagi investor pemula, awal penanaman modal merupakan tahapan yang krusial. Kamu harus menyetor dana yang dimiliki untuk objek dengan perhitungan manfaat terbesar. Hal ini untuk menghindari kerugian investasi yang tidak hanya membuat pailit tetapi juga menimbulkan efek trauma. Jadi, jangan asal berinvestasi dan menganggapnya sebagai sesuatu yang main-main.
Pada dasarnya, investasi dapat dilakukan secara mandiri maupun menggunakan bantuan pihak ketiga. Secara mandiri seperti kamu membeli properti dan logam mulia, sedangkan untuk campur tangan orang ketiga yaitu vendor yang menyelenggarakan investasi tersebut, contohnya pialang saham. Sekilas, melakukannya sendiri tampak lebih aman, ‘kan?
Namun, investasi mandiri sebenarnya memiliki risiko yang tidak kalah besar serta membutuhkan modal lebih banyak. Pada era teknologi canggih seperti sekarang ini, investasi pihak ketiga sudah jauh lebih aman. Vendor sekarang terwakili oleh teknologi finansial (fintech) di mana sebuah aplikasi dapat mewakili semua kebutuhan investasi kamu.
IndoGold merupakan salah satu perusahaan fintech pada sektor investasi yang tepat untukmu. Mengapa demikian?
Dari segi keamanan investasi, kamu tidak perlu khawatir karena IndoGold diawasi oleh OJK. Mulai dengan Rp500,- saja, kamu sudah bisa memiliki tabungan emas pribadi. Cocok sekali bukan sebagai investasi pilihan anak rantau? Modal kecil, proses mudah, untung berlimpah.
Baca juga: 5 Tips Menabung Sederhana yang Bisa Buat Kamu Kaya