30 Oct 2019
Tiga tahun yang lalu, Paidi adalah seorang pemulung dari Jawa Timur. Namun, umbi porang telah mengubah mantan pemulung ini menjadi seorang miliarder. Paidi berhasil mengembangkan tanaman umbi ini, bahkan hingga diekspor ke Jepang.
Berkaca dari kisah Paidi, tentu Anda bertanya-tanya bagaimana Paidi bisa mengembangkan porang hingga mengubah nasibnya. Tidak hanya dirinya sendiri, ia juga mengubah petani di Desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun ini.
Dalam artikel ini Anda bisa mengenal umbi porang, bagaimana kisah Paidi mengembangkannya, dan peluang bisnis umbi porang.
Porang memiliki nama latin Amorphophallus muelleri. Tanaman ini adalah umbi-umbian yang biasa disebut oleh warga sebagai iles-iles.
Umbi Porang akan terasa gatal bila disentuh. Umbi Porang biasa tumbuh di bawah naungan tanaman atau pohon lain. Ini membuat masa panen Porang lama hingga mencapai tiga tahun. Oleh karena itu, Paidi pola tanam umbi tersebut.
Kini, umbi Porang bisa dipanen dalam waktu enam bulan saja.
Tanaman yang mengandung glucomannan ini memiliki banyak manfaat. Di antaranya sebagai bahan baku untuk membuat penjernih air, lem, kosmetik, juga tepung. Manfaatnya yang banyak ini membuat Porang dikenal hingga ke Negeri Sakura.
Glucomannan adalah serat alami yang dapat larut di air. Bahan ini biasa dijadikan pengental dan emulsifier sehingga bisa dijadikan bahan pembuat lem ramah lingkungan. Di dunia kuliner, glucomannan dipakai untuk aditif makanan. Menurut Kementerian Pertanian, bahan ini bahkan bisa digunkan sebagai komponen pesawat.
Umbi ini dapat diolah menjadi bahan makanan. Terdapat beberapa daerah yang menjadi sentra pengolahan tepung porang. Daerah tersebut anatara lain Madiun, Maros, Wonogiri, Bandung, dan Pasuruan.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan bahwa budidaya Umbi Porang sudah dikelola oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di Nganjuk, Jawa Timur dan sekitarnya. Sebelumnya, tanaman ini belum dikenal banyak orang.
Meskipun banyak orang tidak tahu manfaatnya, umbi Porang adalah komoditas unggulan Jawa Timur. Ternyata hampir 100% umbi Porang diekspor. LMDH Trimulyo dan LMDH Artomoro di Nganjuk mengelola umbi Porang di lahan seluas 500 ha. Setiap satu hektare budidaya bisa menghasilkan hingga 15 ton Porang.
Sebelumnya membudidayakan umbi Porang, Paidi hanyalah seorang pemulung. Meskipun begitu, Paidi dapat sukses mengembangkan Porang hingga bisa mengubah nasibnya. Pemulung menjadi miliarder.
Paidi merupakan warga Desa Kepel. Salah satu desa yang berada di Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Ia mulai menanam Porang sejak tiga tahun yang lalu. Tidak hanya dirinya sendiri, Paidi mememberikan modal bagi para petani untuk membudidayakan tanaman Porang.
Karena kesuksesan ini, sudah ada 15 orang petani yang berangkat Umroh dari Desa Kepel. Mulanya, para petani ini mendapat bantuan 30 kg bibit umbi Porang. Ternyata, sekali panen umbi Porang bisa menghasilkan keuntungan mencapai Rp 72 Juta. Sangat fantastis, ya.
Dalam lahan satu hektar dan waktu panen dua musim (sekitar dua tahun), Paidi bisa memeroleh keuntungan kotor Rp 800 Juta. Keuntungan ini dikurangi Rp 100 Juta untuk biaya produksi. Dengan begitu, Paidi mendapatkan laba bersih sebesar Rp 700 Juta.
Awalnya Paidi mengenal tanaman ini dari seorang teman. Ia kemudian mencari tahu lebih dalam mengenai Porang di internet. Setelah mendapatkan informasi, ia menyadari bahwa umbi ini adalah kebutuhan dunia dan memiliki pasar yang sangat luas. Oleh karena itu, berusaha mencari tahu bagaimana cara mengembangkannya.
Paidi juga mendirikan Badan Usaha Milik Desa atau Bumdes di desanya. Bumdes ini membantu petani mengelola Porang dari pembibitan hingga penjualan. Dengan adanya Bumdes, petani di desa ini bisa terhindar dari tengkulak. Petani juga diberi modal jika ingin memulai membudidayakan umbi Porang ini.
Ilmu yang dia punya tidak lantas disimpan sendiri. Ia membuat channel Youtube untuk membagikan ilmunya kepada lebih banyak orang lain. Karena ketekunan dan kemurahan hatinya ini, ia sempat diundang ke acara TV Kick Andy dan Hitam Putih.
Dilansir dari situs Kementerian Pertanian Republik Indonesia, tanaman Porang memiliki nilai bisnis yang tinggi. Disebutkan bawa tanaman Porang telah diekspor ke empat negera pada 2018 yaitu Jepang, Vietnam, Australia, dan Tiongkok. Tidak tanggung-tanggung, nilai ekspor tahun lalu mencapai Rp 11,31 Miliar untuk 254 ton.
Sekilo umbi Porang dihargai 4.000 Rupiah di pasar domestik. Sementara itu, jika diekspor harganya mencapai 14.000 Rupiah. Tentu ini akan memberikan keuntungan yang besar.
Di luar negeri, umbi Porang biasa digunakan untuk bahan baku lem. Sementera itu, di Indonesia tanaman ini dijadikan bahan baku membuat komestik dan juga mie.
Tanaman umbi-umbian ini mampu tumbuh di jenis tanah apa saja mulai dari ketinggian 0 mpdl hingga 700 mdpl. Porang bisa dibudidayakan di hutan di bawah naungan tegakan pohon dan tanaman lain. Oleh karena itu, Porang memiliki nilai toleran naungan 60%.
Jika tertarik untuk membudidayakannya, Anda bisa mengambil bibit tanaman ini dari potongan umbi batang. Anda juga bisa mengambilnya dari umbi yang telah memiliki titik tumbuh. Bisa juga diambil dari umbi katak atau bubil yang ditanam langsung.
Umbi porang yang beredar di pasar saat ini sebagian besar berasal dari hutan. Belum banyak orang yang membudidayakan tanaman ini. Budidaya umbi Porang menjadi peluang yang besar untuk berbisnis karena umbi Porang merupakan potensi yang belum tergarap dengan baik.
Baca juga: Cara Siapkan Masa Depan dengan Bisnis yang Sukses