23 Jul 2021
Peer-to-peer lending terbagi menjadi dua jenis yaitu P2P lending produktif dan P2P lending konsumtif di mana masing-masing memiliki perbedaan mendasar. Tidak sekedar dari penggunaannya saja namun ada banyak perbedaan yang perlu diketahui.
Sebagai calon lender maupun borrowers Anda harus mengetahui tentang perbedaan dasar antara keduanya. Sehingga dapat mengambil keputusan secara tepat baik untuk melakukan investasi maupun pinjaman dana pada perusahaan fintech.
Baca juga: Cara Kerja P2P Lending dan Manfaatnya untuk Masyarakat
Kerap kali peer-to-peer lending dianggap tidak memiliki beberapa jenis pilihan sehingga dianggap sama. Padahal dari dua jenis yang ada keduanya memiliki banyak perbedaan mendasar sehingga harus lebih dicermati lagi.
Perbedaan mendasar antara P2P lending produktif dan konsumtif dapat dilihat dari tujuan penggunaan pinjamannya. Sesuai jenisnya produktif digunakan untuk pengembangan usaha terutama bagi bisnis yang baru dijalankan.
Lender atau pemberi dana bisa membantu pengembangan UMKM di Indonesia melalui bantuan modal. Sehingga hasil yang didapatkan jauh lebih pasti karena memberikan keuntungan secara nyata karena sifatnya produktif.
Sedangkan jenis konsumtif sudah pasti digunakan untuk kebutuhan peminjam dana namun bukan dipakai pengembangan usaha. Hal inilah yang membuat banyak perbedaan perlakuan antara P2P lending produktif dan konsumtif.
Contoh penggunaan pinjaman konsumtif seperti untuk tambahan membeli handphone, sepatu, jam tangan dan lainnya. Tujuan seperti ini memang diperbolehkan karena memang disediakan untuk berbagai kebutuhan yang bersifat konsumtif.
Dari segi sistem dan tingkat bunga berlaku jelas keduanya memiliki perbedaan apalagi sekilas terlihat dari tujuannya. Penting bagi calon lender maupun borrowers memperhatikan tingkat bunga untuk menilai keuntungan maupun resikonya.
Peer-to-Peer lending konsumtif menawarkan suku bunga harian karena sebagai pinjaman jangka pendek. Bunga yang ditawarkan sekitar 0,8% per harinya dan tidak boleh melebihi ketentuan mencapai 100% per tahunnya.
Sedangkan peer-to-peer lending produktif tidak menerapkan sistem bunga harian namun memakai sistem bulanan. Bunga yang ditawarkan lebih rendah yaitu antara 5% - 31% per tahunnya sehingga bisa terjangkau.
Sebenarnya kalau diperhatikan dari tingkat bunga P2P lending produktif dan konsumtif berbeda karena tujuannya. Jika tujuannya untuk pengembangan usaha maka diberikan bunga ringan dengan sistem lebih mudah.
Dengan begitu UMKM tidak merasa berat untuk mendapatkan modal serta melakukan pengembalian dananya. Sementara jika sifatnya hanya untuk memenuhi kebutuhan semata maka bunganya jauh lebih tinggi.
Perbedaan lain P2P lending produktif dan konsumtif juga sangat terlihat dari jangka waktu pinjamannya. Peer-to-peer lending konsumtif termasuk ke pinjaman jangka pendek atau payday loan sehingga waktu pengembalian lebih cepat.
Biasanya pinjaman hanya diberikan waktu pelunasan antara 7 hari sampai dengan 30 hari saja. Jika tidak mampu membayar atau gagal bayar sesuai jatuh tempo maka akan dikenakan biaya keterlambatan.
Sedangkan jenis produktif tenornya lebih panjang karena bisa termasuk pinjaman jangka pendek dan jangka panjang. Waktu pengembalian pinjaman bisa mulai dari 1 bulan – 12 bulan bahkan lebih sesuai kesepakatan.
P2P lending produktif dan konsumtif sangat berbeda ada perlakukan khusus jika pinjaman untuk usaha. Borrowers diberikan pilihan untuk membayar bunga plus pokok setiap bulan atau memilih sekalian di akhir tenor.
Soal tenor produktif perlakuannya lebih fleksibel karena dapat disepakati perjanjian antara kedua belah pihak di awal. Sehingga UMKM bisa lebih leluasa mengatur pinjaman sesuai dengan kemampuan bayarnya.
Dari cara menilai resiko P2P lending produktif dan konsumtif juga sangat berbeda karena tujuan awalnya. Pada jenis produktif diberlakukan peraturan lebih ketat mengingat jumlah pinjaman juga lebih besar.
Demi menekan angka gagal bayar dan meminimalkan resiko kerugian lender sebagai pemberi dana. Maka pada saat pencairan pinjaman dipertimbangkan bagaimana kondisi finansial dari peminjam itu sendiri.
Terdapat analisa kredit yang lebih rinci untuk mengetahui bagaimana resiko secara keseluruhan dari peminjam. Berbagai informasi dikumpulkan dan tidak sekedar memenuhi syarat dari perusahaan fintech tersebut.
Pada dashboard disediakan informasi proses pendanaan yang sedang berjalan baik untuk lender maupun borrowers. Sedangkan jenis konsumtif tidak mempertimbangkan bagaimana kondisi dari peminjam dana tersebut.
Peminjam dana cukup mengajukan pinjaman, memenuhi semua syarat terutama KTP dan dana akan dicairkan. Perbedaan P2P lending produktif dan konsumtif seperti ini yang membuat resiko gagal bayar keduanya sangat berbeda.
Dari segi keuntungan yang ditawarkan juga sangat berbeda baik untuk lender maupun borrowers. Bagi lender jika memilih untuk pengembangan usaha maka jelas modal mereka digunakan untuk apa.
Begitupun dengan peluang pengembalian jauh lebih besar dan resiko juga lebih kecil karena adanya sistem ketat. Keuntungan yang didapatkan bisa pasti per bulannya sehingga tidak perlu khawatir dana hilang.
Sementara perbedaan keuntungan P2P lending produktif dan konsumtif untuk lender bunga harian besar jadi untungnya banyak. Jangka waktu pengembalian juga cepat membuat dana bisa segera digunakan untuk kebutuhan lainnya.
Sedangkan bagi borrowers jika dipakai untuk usaha maka mendapatkan bunga dan sistem lebih mudah. Sementara kalau untuk memenuhi kebutuhan maka bisa mendapatkan dana cepat dan proses sangat mudah.
Peer-to-peer konsumtif memiliki kekurangan bagi lender yaitu melewatkan kesempatan untuk membantu UMKM. Resiko gagal bayarnya juga lebih tinggi karena proses penilaian kemampuan bayar tidak terlalu ketat.
Sementara kekurangan peer-to-peer produktif yaitu likuiditas berjalan lebih lambat karena harus menunggu peluang. Terkadang dana yang dibutuhkan cukup besar namun Anda tidak bisa memenuhi semua jadi harus menunggu lainnya.
Mengetahui 6 perbedaan dasar antara dua jenis peer-to-peer lending sangat penting sebagai bahan pertimbangan. Baik sebagai calon lender maupun borrowers informasi perbedaan P2P lending produktif dan konsumtif sangatlah penting.
Baca juga: Mengenal Istilah TKB di Fintech P2P Lending
Ayo bantu pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk mendapatkan modal usaha dan raih keuntungannya.
Dengan modal mulai Rp25.000 saja Anda sudah bisa memberikan akses pinjaman modal bisnis untuk UMKM di Indonesia melalui Modal Rakyat. Selain itu, Anda bisa mendapatkan imbal hasil hingga 18% per tahun.
Gunakan kode promo BLOG25 dan mendapatkan saldo gratis Rp25.000 untuk mulai mendanai. Hubungi customer service kami melalui email di cs@modalrakyat.id untuk mengetahui syaratnya lebih lanjut. Follow Instagram Modal Rakyat di @modalrakyatid untuk mendapatkan update terbaru dari kami.