27 Mar 2020
Jika menyinggung tentang objek investasi populer, saham dan emas merupakan dua item yang cukup familier – tentunya selain uang. Investor dari kalangan milenial khususnya menjadikan kedua objek investasi tersebut sebagai pilihan favorit. Namun, bagaimana dari segi profit dan keamanan, mana yang lebih baik di antara keduanya?
Baca juga: Mitos Tentang Saham dan Fakta yang Sebenarnya
Dulu, saham merupakan objek investasi yang kurang familier karena digeluti oleh para ahli saja. Umumnya oleh mereka yang mengambil program studi bisnis dan para pengusaha. Keterlibatan masyarakat umum sangat terbatas akibat minimnya informasi tentang prosedur dan tips aman berinvestasi saham. Ditambah berita kerugian pialang saham yang kerap mewarnai media massa.
Namun, didukung oleh perkembangan teknologi di mana informasi tentang objek investasi ini semakin mudah didapatkan, tren menggelutinya juga kian meningkat. Uniknya, selain pemain lama, investor baru mayoritas berasal dari kelompok usia muda. Tidak hanya ‘bermain saham’ secara manual, mereka terbantu oleh aplikasi khusus saham yang diluncurkan untuk smartphone.
Tapi, apa sebenarnya yang membuat generasi milenial saat ini berbondong-bondong untuk memilih saham sebagai objek investasi? Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi tren tersebut:
Jika dulu dibutuhkan kepiawaian yang mumpuni agar tidak sampai merugi dalam melakukan investasi saham, sekarang segala sesuatunya jauh lebih mudah. Kamu bisa memilih investasi melalui moderator / pialang ahli atau mengandalkan aplikasi dengan sistem bidding otomatis. Bursa saham saat ini juga lebih variatif seiring menguatnya pengaruh industri kreatif.
Berinvestasi saham dapat dimulai dengan modal yang sangat kecil. Harga per lembarnya dijual mulai Rp2.000,- tergantung pada popularitas, stabilitas, dan kredibilitas publik perusahaan terkait. Ini merupakan poin kuat dari saham yang membuat kelompok dewasa muda tertarik. Mereka tidak perlu menyediakan modal besar namun sudah bisa mulai berinvestasi.
Saham, jika kamu pandai dalam berstrategi, dapat membantumu mendapatkan keuntungan atau dividen hingga 100% dari modal yang kamu keluarkan. Laba ini bisa kamu dapatkan melalui margin keuntungan bulanan perusahaan atau dari transaksi jual beli kepemilikan dengan investor lain. Manfaat yang menggiurkan ini menjadi magnet kuat bermunculannya para pemain baru.
Tetapi, melihat tren perkembangan investasi saham saat ini, muncul pula faktor pendorong secara personal yang beragam. Mulai dari sekadar mengikuti tren karena orang-orang di sekitarnya menggeluti sektor investasi tersebut, ingin dilabeli keren karena memiliki saham dan semacamnya. Alasan-alasan tersebut cenderung melenceng dari tujuan investasi sebenarnya.
Jadi, tren investasi saham yang tengah booming ini merupakan hal yang memiliki orientasi positif atau negatif? Jika kamu menjadi investor saham sekadar untuk alasan pribadi, utamanya ego dan gengsi, tentu menjadikannya hal buruk karena tidak dibarengi pengetahuan yang cukup.
Padahal, meskipun menjadi objek investasi ‘paling keren’, saham memiliki risiko:
Risiko paling tinggi yang dihadapi ketika kamu memilih sobjek investasi yang satu ini adalah tidak mendapatkan dividen bulanan yang merupakan hakmu sebagai pemegang saham. Kondisi ini dapat terjadi bila neraca keuangan perusahaan menunjukkan tren negatif hingga mengarah pada kemungkinan defisit. Otomatis pemilik saham tidak akan mendapatkan keuntungan.
Saat perusahaan menunjukkan tren merugi berkelanjutan, para investor biasanya buru-buru menjual aset mereka termasuk saham. Namun, melakukan transaksi jual beli saham alias trading dalam situasi seperti ini mau tidak mau merugikan para pemegang saham. Sebab, harga per lembarnya mencapai ambang batas bawah yang tidak mampu menutupi modal saat pembelian.
Memiliki saham sebuah perusahaan otomatis kamu bertindak sebagai investor di mana selain mempunyai hak juga disertai dengan kewajiban. Salah satunya turut bertanggung jawab ketika perusahaan terseret dalam kasus pelanggaran hukum. Bukan hanya menanggung kerugian, kamu juga harus siap mengikuti proses peradilan yang berjalan. Membuang waktu dan tenaga sia-sia.
Jadi, benar bahwa berinvestasi saham merupakan hal yang keren bagi generasi milenial. Akan tetapi, sebelum kamu memutuskan untuk menggelutinya, perlu dibarengi juga dengan pemahaman dan keterampilan yang cukup. Selain itu, penting untuk bersiap juga dengan segala risikonya karena saham termasuk pada objek investasi high risk.
Baca juga: Tren Bisnis Tahun 2020 yang Harus Anda Sadari
Khawatir dengan potensi risiko tinggi dari investasi saham? Tampaknya, kamu wajib untuk mempertimbangkan beralih ke investasi emas. Item yang satu ini merupakan objek paling legendaris untuk berinvestasi, lho. Sayangnya, karena gelar tersebut pula, kelompok milenial justru menganggapnya kuno dan tidak menarik.
Padahal, emas memiliki kekuatan tersendiri yang membuatnya langgeng hingga saat ini sebagai objek investasi tertua dan terbaik :
Poin-poin tersebut menegaskan bahwa emas memang objek yang lebih aman untuk investasi dibandingkan saham dengan prinsip ‘low risk, high return’. Dan sekarang, kamu juga tidak perlu bingung lagi untuk memulai investasi yang satu ini. Kamu tidak harus menyediakan dana yang besar guna membeli perhiasan emas ataupun emas batangan.
Lalu, bagaimana? Solusinya ada pada investasi menabung emas yang ditawarkan oleh IndoGold. Berapapun dana yang kamu punya saat ini, bahkan dengan hanya Rp10.000 saja, kamu sudah bisa mulai menabung emas tersebut. Berat kepemilikan akan tercatat rapi dalam akun yang kamu daftarkan dan bertambah secara berkala sesuai modal yang kamu setorkan.
Jika kamu ingin menjual tabungan emas yang kamu miliki, kamu dapat melakukannya kapan saja melalui IndoGold dengan sesama anggota. Selain trading emas, aktivitas yang dapat kamu lakukan lainnya adalah menarik objek tersebut ketika beratnya sudah memenuhi syarat yang ditentukan. Jadi, yakin saham lebih baik dibandingkan emas sebagai objek investasi pilihan?
Baca juga: Berapa Investasi Emas yang Dimiliki dalam Portofolio?